Indonesia Fokuskan Tiga Isu Respon Dinamika Energi Global
By Abdi Satria
nusakini.com-Jakarta-Indonesia akan memfokuskan pembahasan pertemuan kedua dari Energy Transitions Working Group (ETWG) pada tiga isu sebagai tanggapan terhadap dinamika energi global. Chair ETWG Yudo Dwinanda Priaadi menyampaikan tiga isu yang akan dibahas dalam pertemuan nanti adalah ketahanan energi (energy security), transisi energi (energy transitions), dan kerja sama (partnership). "Kami ingin menyampaikan ke dunia global bagaimana ketiga isu tersebut menjawab tantangan global terkini," ujar Yudo di Jakarta, Rabu (15/6).
Ketiga isu tersebut merupakan isu kunci bagi tegaknya tiga pilar ETWG Presidensi Indonesia untuk mencapai kesepakatan global dalam percepatan transisi energi. Sebelumnya, pada pertemuan pertama ETWG yang berlangsung pada tanggal 24-25 Maret 2022 di Yogyakarta, delegasi G20 menyepakati secara aklamasi tiga pilar utama yang diangkat Indonesia. Ketiga pilar tersebut adalah aksesibilitas energi, peningkatan teknologi energi bersih, dan peningkatan pembiayaan energi.
Dinamika global, terutama isu ketahanan energi, yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi percepatan transisi energi sehingga dijadikan sebagai topik pembahasan pada pertemuan kedua nanti. Yudo menyoroti bagaimana banyak negara tengah berjuang mengamankan pasokan dan mengatasi kenaikan harga energi, baik gas, minyak dan listrik. "Lonjakan harga energi primer yang salah satunya akibat dampak dari pemulihan ekonomi paska pandemi harus diimbangi dengan upaya meningkatkan ketahanan energi yang berkelanjutan. Ini yang harus segera diantisipasi oleh Indonesia," tegasnya.
Pandemi Covid-19 dan konflik geopolitik saat ini, sambung Yudo, memberikan momentum berharga bagi dunia untuk semakin mempercepat proses transisi energi. Sejalan dengan upaya pencapaian komitmen global untuk mengatasi perubahan iklim, forum ETWG ini akan mendorong percepatan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sabagai pondasi sumber energi di masa mendatang. "Kami mengupayakan untuk mengedepankan transisi yang adil, yakni memaksimalkan dampak positif sekaligus mengurangi potensi risiko yang ditimbulkan oleh transisi tersebut ke dalam perekonomian dan masyarakat," jelas Yudo.
Untuk mengimplementasikannya, dukungan kemitraan atau kerja sama akan menjadi kekuatan penting dalam membangun transisi energi. "Dengan kerja sama internasional, kami akan mencari jalan keluar tentang peningkatan teknologi dan skema pendanaan yang tepat untuk percepatan transisi energi," ungkap Yudo. (rls)